Vitamin E (Tocopherol) merupakan salah satu vitamin yang dapat larut di dalam lemak. Vitamin E sangat penting untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas serta mencegah berbagai penyakit seperti lever, PMS, mengurangi kelelahan, hingga memperlambat penuaan dini yang dikarenakan oleh proses oksidasi.
Vitamin E ditemukan oleh Dr. H.M Evans (California) pada tahun tahun 1922. Dr. H.M Evans melakukan menemukan bahwa ada suatu substansi yang diperlukan agar kehamilan normal tikus betina dapat bertahan. Janin dalam kandungan tikus dapat mati dalam 10 hari jika substansi/zat tersebut tidak ada. Zat tersebut kemudian disebut sebagai vitamin E.
Sumber Vitamin E
Vitamin E dapat kita peroleh dari beberapa sumber vitamin E, seperti: susu, mentega, sayuran hijau, selada, kacang-kacangan, telur, dan buah-buahan. Kebanyakan makanan berminyak juga mengandung vitamin E. Jika Anda ingin memperoleh vitamin E lebih banyak, Anda sebaiknya mengonsumsi makanan segar (tanpa diolah).
Kini, banyak produsen yang menjual vitamin E dalam bentuk kapsul dan pil untuk memudahkan kita dalam memenuhi kebutuhan terhadap asupan vitamin E.
Sifat [sunting]
Vitamin ini larut dalam lemak[5]. Kelarutannya dalam lemak merupakan sifat yang menguntungkan karena sebagian besar kerusakan akibat radikal bebas terjadi di dalam membran sel dan lipoprotein yang terbuat dari molekul lemak[2].
Dosis dan pengaruh [sunting]
Bila vitamin E digunakan sebagai antioksidan, maka seorang perempuan membutuhkan sedikitnya 120 IU (international unit) per hari[3]. Namun menurut catatan medis, kebanyakan perempuan Indonesia hanya mengonsumsi makanan yang mengandung 10.4 - 13,4 IU per hari[3]. Untuk mencukupi kebutuhan itu, vitamin E dapat dikonsumsi dari vitamin E sintetis (dl-a tokoferol)[3].
Dosis vitamin E yang besar bisa memperbaiki dan mencegah terjadinya perkembangan kelainan saraf[6]. Beberapa penelitian menunjukan bahwa peningkatan konsumsi vitamin E dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh[6]. Asupan vitamin E harian sebesar 10-30 mg dianggap cukup untuk mempertahankan kadar viamin E dalam darah[7]. Namun batas konsumsi vitamin E yang dianjurkan adalah 8 sampai 10 IU (International Units)- suatu batas dimana sepertiga orang Amerika menggunakannya[7]. Untuk keuntungan maksimal vitamin E, diperlukan 100 sampai 400 IU setiap hari[7].
Sebagian besar penelitian menunjukan bahwa ini merupakan konsumsi optimal untuk mengurangi risiko penyakit kronis. Sedangkan dalam bahan makanan yang kita konsumsi setiap harinya diperkirakan mengandung 25 IU vitamin E[7].
Kekurangan [sunting]
Vitamin E ditemukan oleh Dr. H.M Evans (California) pada tahun tahun 1922. Dr. H.M Evans melakukan menemukan bahwa ada suatu substansi yang diperlukan agar kehamilan normal tikus betina dapat bertahan. Janin dalam kandungan tikus dapat mati dalam 10 hari jika substansi/zat tersebut tidak ada. Zat tersebut kemudian disebut sebagai vitamin E.
Vitamin E dapat kita peroleh dari beberapa sumber vitamin E, seperti: susu, mentega, sayuran hijau, selada, kacang-kacangan, telur, dan buah-buahan. Kebanyakan makanan berminyak juga mengandung vitamin E. Jika Anda ingin memperoleh vitamin E lebih banyak, Anda sebaiknya mengonsumsi makanan segar (tanpa diolah).
Kini, banyak produsen yang menjual vitamin E dalam bentuk kapsul dan pil untuk memudahkan kita dalam memenuhi kebutuhan terhadap asupan vitamin E.
Sifat [sunting]
Vitamin ini larut dalam lemak[5]. Kelarutannya dalam lemak merupakan sifat yang menguntungkan karena sebagian besar kerusakan akibat radikal bebas terjadi di dalam membran sel dan lipoprotein yang terbuat dari molekul lemak[2].
Dosis dan pengaruh [sunting]
Bila vitamin E digunakan sebagai antioksidan, maka seorang perempuan membutuhkan sedikitnya 120 IU (international unit) per hari[3]. Namun menurut catatan medis, kebanyakan perempuan Indonesia hanya mengonsumsi makanan yang mengandung 10.4 - 13,4 IU per hari[3]. Untuk mencukupi kebutuhan itu, vitamin E dapat dikonsumsi dari vitamin E sintetis (dl-a tokoferol)[3].
Dosis vitamin E yang besar bisa memperbaiki dan mencegah terjadinya perkembangan kelainan saraf[6]. Beberapa penelitian menunjukan bahwa peningkatan konsumsi vitamin E dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh[6]. Asupan vitamin E harian sebesar 10-30 mg dianggap cukup untuk mempertahankan kadar viamin E dalam darah[7]. Namun batas konsumsi vitamin E yang dianjurkan adalah 8 sampai 10 IU (International Units)- suatu batas dimana sepertiga orang Amerika menggunakannya[7]. Untuk keuntungan maksimal vitamin E, diperlukan 100 sampai 400 IU setiap hari[7].
Sebagian besar penelitian menunjukan bahwa ini merupakan konsumsi optimal untuk mengurangi risiko penyakit kronis. Sedangkan dalam bahan makanan yang kita konsumsi setiap harinya diperkirakan mengandung 25 IU vitamin E[7].
Kekurangan [sunting]
- Kekurangan vitamin E akan menyeabkan sel darah merah terbelah. Proses ini disebut hemolisis eritrodit dan dapat dihindari dengan vitamin E.[1]
- Akibat lain kekurangan vitamin E adalah[1]:
- perubahan degeneratif pada sistem saraf dan otot
- kelemahan dan kesulitan berjalan
- nyeri pada otot betis
- gangguan penglihatan
- anemia
- retensi cairan (odem)
- kelainan kulit
Pada bayi, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan kelainan yang mengganggu penyerapan lemak pada bayi yang prematur dan kekurangan gizi.[6] Namun kekurangan vitamin E sesungguhnya sangat jarang terjadi karena vitamin ini banyak terdapat dalam makanan, terutama dalam minyak sayur.[6] Pada manusia kekurangan vitamin E bisa disebabkan karena diet yang sangat buruk dalam jangka waktu lama
PLEASE SUBSCRIBE GAN CHANNEL KAMI.!!!
thanks if u comments