Wara Warta

menulis berdasarkan pendapat pengalaman dan refrensi

KAMI PUNYA BANYAK DATABASE CARI ATAU BACA ARTIKEL YANG LAINYA

Rabu, 14 Agustus 2013

kebaikan melebarkan jalan raya

Jalan raya ialah jalan besar atau main road yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain.
Lebuhraya
Jalan raya kebangsaan ataupun laluan persekutuan
Jalan raya negeri atau wilayah
Jalan perbandaran
Jalan-jalan lain termasuk jalan kampung dan jalan estet

Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri-ciri berikut:
Digunakan untuk kenderaan bermotor
Digunakan untuk orang awam
Dibiayai oleh badan awam
Pengunaannya tertakluk kepada undang-undang pengangkutan
Secara umumnya sistem jalan raya bagi sesebuah negara diklasifikasikan kepada:-

Merawat Jalan adalah Merawat SejarahOPINI |

 Apakah anda pernah melewati jalanan berlubang ? baik itu jalan umum, lebih-lebih jalan kota ataupun provinsi. Saya menduga bahwa anda pasti pernah dan bahkan mungkin sering melewati jalanan semacam ini. Bagaimanakah perasaan anda ? apakah sama dengan saya, kesal, dongkol minta ampun, dan bawaannya ingin mencaci Pemerintah melulu, terlebih Dinas Pekerjaan Umum (PU) sang “Empunya” jalan, saya kira semua perasaan seperti itu sangat wajar adanya. Karena seperti telah menjadi sebuah kesepakatan umum bahwa Jalan Raya adalah HAk Rakyat yang wajib selalu dalam keadaan bagus. Karena dari Jalan-an lah segala aktivitas pergerakan manusia dilakoni. Jalan-an selayak sebuah panggung bagi Rakyat tuk menapaki rutinitas kehidupan mereka.

Jalan-an adalah sebuah artefak purba yang masih ada dan banyak sejarah terkandung di dalamnya. Betapa banyak sejarah, kisah serta laku hidup dari sebuah bangsa dan manusianya yang terekam dan terjadi di atas “wajah” sebuah Jalan.

Banyak contoh dari hal ini, semisal jalan terpanjang di Tanah Jawa, Anyer (Banten) hingga Panarukan (Banyuwangi), yang seperti kita ketahui adalah sebuah artefak sejarah yang hingga kini masih ada dan masih ditapaki oleh anak cucu dari para moyang pribumi kita dahulu yang dijadikan Romusha oleh Belanda. Tak heran jika seorang penulis sekaliber Pramoedya Ananta Toer juga pernah menulis sebuah buku mengenai “Kisah Jalan” ini lewat buku fenomenalnya yang berjudul Jalan Raya Pos, Jalan Daendels yang sangat bagus dalam menceritakan kisah dari sebuah artefak sejarah yang bisu namun tak lekang digerus zaman, yang bernama “Jalan”.

Buku yang ditulis oleh Pram di masa Uzurnya ini diselesaikannya pada Tahun 1995 namun baru diterbitkan oleh Penerbit Lentera Dipantara pada Tahun 2005. Buku ini ditulis tanpa pembagian bab. Pada halaman-halaman awal Pram menguraikan awal ketertarikannya pada Jalan Raya Pos yang memakan banyak korban jiwa para pekerja paksa yang ia golongkan sebagai genosida.

Ia juga menyinggung beberapa genosida yang awalnya dilakukan oleh Jan Pietersz Coen (1621) di Bandaneira, Daendels dengan Jalan Raya Posnya (1808), Cuulturstelsel alias tanam paksa, genosida pada zaman Jepang di Kalimantan, genosida oleh Westerling (1947) hingga genosida terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia di awal-awal pemerintahan Orde Baru.

Jalan-an Kita Hari Ini

Jika menilik fakta sejarah yang sedemikian hebat mengenai hikayat sebuah “Jalan”, maka seyogyanyalah para manusia zaman ini berkewajban merawat dan menjaga artefak sejarah tersebut. Mulai dari cara yang paling sederhana sekalipun semisal tidak memaksakan melewati sebuah jalan dengan membawa kendaraan yang berbobot lebih dari yang dapat ditahan oleh aspal jalanan.

Hal ini penting guna merawat kondisi jalan sekaligus menghemat APBN maupun APBD. Dan kewajiban ini berlaku bagi semua masyarakat baik itu sipil maupun institusi terkait. Karena bukan rahasia lagi bahwa masih banyak para petugas dari dinas terkait yang masih memperbolehkan kendaraan besar dengan muatan yang besar pula tuk tetap melewati jalanan yang tidak dapat menahan beban-beban seberat itu

lihst juga
PLEASE SUBSCRIBE GAN CHANNEL KAMI.!!!

thanks if u comments

Back To Top